Senin, 20 Januari 2014

Akuntansi; Perusahaan Dagang



A. Perusahaan Dagang
Perusahaan dagang adalah perusahaan yang kegiatan usahanya perusahaan membeli barang dengan tujuan menjualnya kembali, tanpa memprosesnya lebih dahulu.

B . Macam- macam perusahaan dagang
1. Pedagang besar (Whole Saler) yaitu pedagang yang membeli barang dari pabrik kemudian menjualnya kepada pedagang kecil.
2. Pedagang kecil (Retailer) yaitu
pedagang yang membeli barang dari
pedagang besar kemudian menjualnya
kepada konsumen.

c. Syarat- syarat penyerahan barang
1. FOB shipping point (free on board shipping point) berartipembeli harus menanggung biaya pengiriman barang dari gudang penjual ke gudangnya sendiri.
2. FOB destination point (free on board destination point) berarti penjual harus menaggung beban

Metode Periodik
Pada metode ini, apabila terjadi pembelian maka jurnalnya adalah mendebet rekening pembelian dan mengkredit kas atau utang dagang. Jika terjadi penjualan maka jurnalnya adalah mendebet rekening kas/ piutang dagang dan mengkredit rekening penjualan. Untuk mengetahui persediaan akhir dilakukan inventarisasi pada akhir periode.
Menggunakan metoda periodik, pencatatan (meliputi penjualan dan pemindah bukuan ) atas perubahan barang dagang dilakukan secara periodik. Oleh karena barang dagang ditampug di akun persediaan barang dagang maka pencataan di akun persediaan barang dagang dilakukan secara periodik pula, lazimnya pada akhir perioa ketika perusahaan menyusun laporan keuangan. Pencaataan di akun persediaan barang dagang ini dibuat pada saat pencatatan penyesuaian.
Akun- akun metoda periodik:
1. Persedian barang dagang
2. Pembelian
3. Potongan pembelian
4. Retur dan keringanan pembelian
5. Biaya angkut pembelian
6. Utang dagang
7. Penjualan
8. Potongan pejualan
9. Retur dan keringanan penjualan
10. Biaya pengiriman penjualan
11. Piutang dagang
12. Cadangan kerugian piutang tak tertagih
13. Biaya kerugian piutang tak tertagih
14. Harga pokok penjualan

Perlakuan akuntansi untuk sistem pencatatan persediaan periodik adalah sebagai berikut:
a) Pembelian barang dagangan akan didebit pada akun pembelian.
b) Tidak ada pencatatan pada akun persediaan.
c) Beban angkut pembelian akan didebit pada akun beban angkut pembelian.
d) Retur dan potongan pembelian akan dikredit ke akun retur dan potongan pembelian.
e) Potongan tunai pembelian akun dikredit ke akun potongan tunai pembelian.
f) Beban pokok penjualan atau harga pokok penjualan (Cost of Good Sold) dihitung pada akhir periode setelah melakukan penghitungan fisik dan penilaian persediaan akhir.

TRANSAKSI PEMBELIAN
Sistem Akuntansi Pembelian Persediaan Barang Dagang :
Sistem Persediaan Periodik (Periodie Inventory System)
Sistem ini biasanya digunakan untuk perusahaan-perusahaan yang menjual barang dagangan dengan harga yang relatif murah.

  •  Tidak ada pencatatan atas persediaan untuk semua pembelian dan penjualan.

  • Tidak memiliki buku tambahan (subsidiary ledger) atau kartu persediaan.

  •  Perhitungan persediaan harus dilakukan untuk menyusun laporan keuangan periodic (setahun)
  •   Biasanya dilakukan untuk barang yang harganya tidak mahal
  •  Biayanya murah, tetapi lemah dalam pengendalian

  • Pembelian barang dagang dicatat dalam akunt Pembelian (Purchase)

Bentuk Jurnalnya :
Pembelian
                Kas                                                         Jika dilakukan secara tunai


 
Pembelian
                Hutang Dagang                                Jika dilakukan secara kredit


1. Pembelian dan Penjualan Barang
Dalam sistim perpetual, pembelian dan penjualan barang persediaan dicatat langsung ke akun “Persediaan,” dengan kata lain: perubahan nilai nominal dan volume persediaan langsung terlihat dalam buku besar (ledger) persediaan setiap kali ada transaksi pembelian dan penjualan. Sedangkan dalam sistim periodik yang dicatat hanya kenaikan nilai dan volume persediaan melalui akun yang disebut dengan “Pembelian”, sementara tidak mencatat adanya penurunan pada setiap transaksi penjualan yang terjadi (penurunan persediaan diakui sekaligus di akhir periode dengan melakukan pemeriksaan fisik). Untuk lebih jelasnyanya, kita lihat contoh berikut ini:
JAK Mart, Perusahaan Grossir, menunjukan data sbb:
(a) Saldo Awal Persediaan = 100 units @ Rp 60,000 = Rp 6,000,000
(b) Pembelian = 900 units @ Rp 60,000 = Rp 54,000,000
(c) Penjualan = 600 units @ Rp 120,000 = Rp 72,000,000
(d) Saldo Akhir = 400 units @Rp 60,000 = Rp 24,000,000
(Note: Untuk menghindari penggunaan cost flow—yang bisa membingungkan, kita asumsikan cost per unit persediaan konstan dari awal hingga akhir periode)

Bagaimana jika JAK Mart menggunakan sistim periodik? Jurnalnya akan nampak sebagai berikut:
(a) Saldo awal persediaan (di Neraca) = Rp 6,000,000
(b) Pembelian 900 units dengan harga Rp 60,000 per unit dicatat dengan jurnal:
[Debit]. Pembelian = Rp 54,000,000 (menggunakan akun pembelian)
[Kredit]. Utang Dagang = Rp 54,000,000
(c) Pada sistim periodik, penjualan 600 units dengan harga Rp 120,000/unit dicatat hanya dengan satu jurnal saja—untuk mengakui penjualan dan piutang dagang (Note: penurunan persediaan dan pengakuan harga pokok penjualan dilakukan sekaligus di akhir periode):
[Debit]. Piutang Dagang = Rp 72,000,000
[Kredit]. Penjualan = Rp 72,000,000
(Untuk mengakui penjualan dan piutang)
(d) Di akhir periode, setalah dilakukan penghitungan fisik, JAK memasukan jurnal penyesuaian—untuk mengakui persediaan, harga pokok penjualan, sekaligus ‘menghapus’ saldo akun “Pembelian”—sebagai berikut:
[Debit]. Persediaan = Rp 18,000,000
[Debit]. Harga Pokok Penjualan = Rp 36,000,000
[Kredit]. Pembelian = Rp 54,000,000
Note: Dengan jurnal penyesuaian yang dimasukan di akhir periode ini, maka saldo akun “Pembelian” menjadi nol, saldo akhir persediaan di Neraca menjadi Rp 24,000,000 (=saldo awal 6,000,000 + adjustment kenaikan 18,000,000), dan muncul Harga Pokok Penjualan di Laporan Laba-Rugi sebesar Rp 54,000,000 (=6,000,000 + 54,000,000 – 24,000,000).

2. Retur Pembelian, Diskon Pembelian dan Cadangan
Apa yang terjadi jika ada retur pembelian atau diskon? Perusahaan yang menerapkan sistim periodik, disamping menggunakan akun “Pembelian”—yang bersaldo debit mereka juga menggunakan 2 kontra-akun pembelian (bersaldo kredit) yang diberi nama “Retur Pembelian” dan “Diskon Pembelian.” Jika ada pembelian yang dikembalikan (retur pembelian) atau memeperoleh potongan, maka kontra akun ini menjadi pengurang nilai “Pembelian”. Hasil silang saldo “Pembelian” dan kedua kontra-akun ini menghasilkan apa yang disebut dengan “Pembelian Bersih”. Bagaimanapun juga, semua slado akun ini (Pembelian, Diskon Pembelian dan Retur Pembelian) bersifat sementara saja, nantinya akan dihapus degan jurnal penyesuaian di akhir periode (seperti terlihat pada contoh jurnal penyesuaian sebelumnya). Untuk lebih konkoretnya, kita buat satu contoh transaksi:
Karena adanya kerusakan, JAK Mart mengembalikan pembelian barang sebesar Rp 7,000,000.

Jika JAK Mart menerapkan sistim periodik, maka jurnalnya adalah sbb:
[Debit]. Utang Dagang = Rp 7,000,000
[Kredit]. Retur Pembelian = Rp 7,000,000
(Note: pembelian megurangi nilai pembelian)

Lanjut dengan diskon…
Di lain kesempatan JAK Mart membeli barang sebesar Rp 10,000,000 dengan termin kredit 2/10, n/30. Karena JAK Mart bisa melakukan pelunasan seminggu setelah pembelian, maka JAK Mart memperoleh diskon 2%. Bagimana jurnalnya?

Jika menggunakan sistim periodik, maka saat pembelian jurnal yang dimasukan adalah:
[Debit]. Pembelian = Rp 10,000,000
[Kredit]. Utang Dagang = Rp 10,000,000
Diskon yang diperoleh tidak diakui sebagai pengurang nilai persediaan (ingat: sistim periodik tidak mencatat persediaan tetapi “pembelian”), melainkan dicatat sebagai “Diskon Pembelian.” Sehingga jurnal yang dimasukan ketika melakukan pelunasan adalah sbb:
[Debit]. Utang Dagang = Rp 10,000,000
[Credit]. Diskon Pembelian = Rp 200,000
[Kredit]. Kas = Rp 9,800,000

3. Retur Penjualan dan Diskon Penjualan
Transkasi lainnya yang terkait dengan persediaan adalah retur penjualan dan diskon penjualan. Pada transaksi ini, baik sistim perpetual maupun sistim periodik sama-sama meggunakan akun yang diberi nama “Retur Penjualan” dan “Diskon Penjualan”—yang kedua-duanya merupakan kontra-akun penjualan (bersaldo debit), bedanya hanya di pengakuan “Harga Pokok Penjualan”. Pada sistim perpetual return penjualan, disamping mengakui penurunan piutang dagang dan penurunan penjualan (dengan akun “retur penjualan”) juga mengakui penurunan harga pokok penjualan dan persediaan. Sedangkan pada sistim periodik, tidak. Misalnya:
JAK Mart menerima barang kembali dari pelanggan (karena cacat) senilai Rp 6,000,000. Harga Pokok Penjualan barang yang diretur tersebut adalah Rp 3,000,000. (Kita asumsikan pengakuan penjualan menggunakan metode bruto/gross method)

Sedangkan jika menggunakan sistim periodik, JAK Mart hanya akan memasukan satu jurnal saja, yaitu:
[Debit]. Retur Penjualan = Rp 6,000,000
[Kredit]. Piutang Dagang = Rp 6,000,000
(Untuk mengakui retur penjualan)
Catatan: Sistim periodik baru akan menghitung saldo persediaan dan mengakui harga pokok penjualan di akhir periode—setelah penghitungan fisik dilakukan.
Selanjutnya, diskon penjualan. Bagaimana pencatatanya?
Oke. Anggap JAK Mart memberikan diskon Rp 200,000 atas pelunasan pembelian sebesar Rp 10,000,000 dari pelanggan (masih menggunakan metode pengakuan penjualan bruto/gross method)
Sistim periodik memasukan jurnal yang sama persis untuk pelunasan yang mengandung diskon penjualan. Dalam contoh ini:
[Debit]. Kas = Rp 9,800,000
[Debit]. Diskon Penjualan = Rp 200,000 (kontra akun penjualan bersaldo debit).
[Kredit]. Piutang Dagang = Rp 10,000,000

Tidak ada komentar:

Posting Komentar